Kebutuhan akan Kuota



Sekarang, internet bukan menjadi barang yang asing lagi. Bahkan, anak-anak kecil sekarang yang usianya masih dibawah sepuluh tahun udah pada megang tablet yang harga hanya bisa ane liat di internet. Bahkan, ane kalah dengan anak-anak tersebut. Ane hanya punya hp ***** yang ibu ane kasih tahun lalu.

Mereka megang hp bukan untuk belajar atau hal-hal yang positif lainnya, tapi untuk maen game. Tentunya ada yang online dan ada yang offline.

Tapi kali ini, ane gak bakalan bahas hp atau semacamnya, yang akan ane bahas adalah masalah kuota.

Satu-satunya aset berharga bagi para netizen adalah kuota. Tentunya hal ini gak menjadi masalah bagi para netizen yang mempunyai akses wifi di rumahnya sendiri. Tapi, buat para netizen seperti ane yang hanya punya modem, kuota sangat berarti.

Awalnya, ane punya modem ***** yang kalo dipake di daerah ane, speednya kayak siput, lambat banget untuk browsing. Akhirnya, ane berhenti untuk pake provider tersebut. Ane cari-cari info tentang provider yang menyediakan speed yang WOW.

Awalnya, ane sempat tertarik dengan provider yang namanya sama dengan tingkatan ukuran baju. Ane tertarik banget, karena menyediakan internet unlimeted. Tapi, setelah ane cari-cari infonya lebih lanjut, ada FUP (batas pemakaian wajar)-nya.

Ya tentunya ane gak suka, karena speednya akan turun jika sudah lewat FUP tadi. Akhirnya, ane jatuh cinta sama provider yang mempunyai nama persis kayak “pengucapan angka setelah dua dalam bahasa inggris”.

Meskipun pake kuota, tapi speed yang diberikan WOW dan ane harus bisa-bisa mengatur penggunaannya. Meskipun awalnya ane gak tahu. Harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau dan ada satu paket yang sering ane pake karena harganya Rp 10.000 dapet 2,5 GB.

Tentunya, pemakaiannya dari jam 00.00 sampe 05.59. Biasanya, ane mulai beroperasi dari jam 5 sampe jam 6. Meskipun cuma satu jam, kehidupan ane dalam dunia IT sedikit demi sedikit bisa bertambah. Kalo kata orang pacaran, “Meskipun sebentar, tapi berkesan.” Hal inilah yang ane alami.

Ane juga pernah nyari-nyari info tentang layanan internet yang berbasis wifi. Tentunya, harga yang ditawarkan hanya bisa dicapai oleh mereka-mereka yang Ber-uang. Ane hanya bisa ngiler sambil megang ember dibawah mulut.

Satu-satunya alternatif jika ane butuh informasi atau butuh banget download, adalah pergi ke sekolah dan membawa laptop sambil wifi gratisan. Seperti masa-masa sekarang ini.

Jika ane bisa memasang wifi di rumah, mungkin ane gak seperti yang sekarang. Yang pertama, karena uang yang seharusnya untuk makan malahan untuk membiayai wifi dan yang kedua ane gak bakalan berhenti merapat ke laptop terus.



Jadi, ane berharap kepada pemerintah, supaya di setiap desa ada fasilitas wifinya, minimal ya di setiap rumah ada :-). Ya gak lah. Minimal ada satu di setiap desanya, yaitu di balai desa. Jadi, setiap sabtu malam dan hari minggunya, balai desa dipenuhi oleh orang-orang yang mungkin mayoritas para jomblo. Jadi, seandainya di balai desa gak cukup, mungkin tempatnya bisa dipindahkan di tengah sawah. Jadi, orang sekampung bisa ditampung semuanya.
           

“Postingan di atas telah di sensor oleh LEMBAGA SENSOR BLOG ANAK PAPUA”

Komentar