BRAINLY



            Brainly adalah sebuah kata dalam Bahasa Inggris yang artinya dalam Bahasa Indonesia kurang lebih “dengan otak” (bener gak).
            Internet sungguh bukan barang yang asing bagi kita semua, bahkan makhluk luar angkasa juga tidak asing dengan ini. Dari anak-sanak sampe orang tua mengenal yang namanya Internet. Zaman sekarang memang zaman yang serba mudah. Tak terkecuali dalam memperoleh pembelajaran.
            Pembelajaran zaman sekarang bisa kita peroleh dari internet, yaitu e-learning. Hal ini justru dianggap lebih mudah, karena tidak perlu bertatap muka secara langsung.
            Hal ini juga sudah ane rasakan. Meskipun ane mengikuti sekolah secara reguler atau bertatap muka langsung, tapi di rumah, ane sempatkan untuk cari-cari alamat situs yang menyediakan pembelajaran tersebut.
            Sejauh ini, ane sudah menjadi anggota dua situs yang menyediakan pembelajaran online. Yang pertama adalah Quipper School dan yang kedua Brainly.
            Dari situlah, ane mendapatkan pelajaran tambahan. Dari situlah, perkenalan ane dengan seseorang dimulai.
            Awalnya, ane tertarik dengan situs pembelajaran yang satu ini. Karena, ane sering mendapatkan jawaban dari situs ini saat ane mencari tugas dan mengetikkan tugasnya di “mbah” google.
            Suatu hari, ane memutuskan untuk mendaftar dan menjadi anggota tetap. Ternyata, sangat mudah sekali untuk menjadi anggotanya. Tinggal mengisi formulir pendaftaran yang disediakan dan mengkonfirmasi email.
            Ane sempat kesal, karena email untuk mengaktifkan akun belum juga terkirim ke email ane. Karena ane sangat kesal, ane akhirnya mematikan laptop dan memutuskan untuk membuka situs ini suatu saat.
            Ane sempat berpikir “ Sore-sore begini mau ngapain ya ? Oh ya, akun ane di situs ini kan belum diaktifkan. ” Akhirnya, ane membuka email dan ternyata baru saja sampai di email ane satu menit sebelum ane membuka email. Ane pun bisa mengaktifkan akun ane dan petualanganpun dimulai.
            Malam harinya, ane memutuskan untuk melihat akun ane dan ane mulai tertarik dengan soal-soal yang diajukan oleh para member lainnya. Ane pun mulai menjawab soal-soal yang ditanyakan.
            Soal yang pertama kali ane kerjakan adalah matematika dan ane mendapat lima poin karena sudah menjawab soal tersebut. Ane pun mulai menjawab soal-soal yang lain, terutama yang berada di tingkatan SMP.
            Karena ane capek untuk menjawab soal terus, ane memutuskan untuk lihat-lihat akun orang lain. Kebanyakan dari mereka, sudah memiliki poin diatas dua ribu poin dan telah mempunya banyak teman.
            Awalnya, ane sempat bingung untuk menambahkan teman di akun ane. Ane pun mencoba untuk menambahkan satu akun untuk ane jadikan teman. Respon dari si pemilik akun pun cepat menanggapi pertemanan ane dan mengajak ane untuk mengajak untuk inboxan.
            Dia yang pertama kali mengirim untuk mengajak inboxan ke kronologi ane dan ane tahu karena di akun ane di bagian notifikasi juga diberitahu.
            Sebenarnya, ane mau membalasnya, tapi ane baru ingat “Di kronologi kan bisa dilihat oleh orang lain.” Ane memutuskan untuk lewat inbox.
            Ane yang pertama kali memulai inboxan, meskipun dia yang pertama mengajak(bingung gak?). Ane sempat bingung untuk memulai percakapannya, akhirnya inilah kalimat yang ane tuliskan “inboxan yuk?”
            Ternyata, dia merespon juga sangat cepat. Ane sempat bingung untuk membalasnya. Karena respon ane yang sangat lama untuk membalas pesannya, dia mengirimkan “Kok gak di balas sih?” ke kronologi ane.
            Dengan cepat dan tanpa makan dulu, ane menanyakan tempat tinggalnya. Ternyata, ane dan dia ada kesamaan kota. Ane pun bingung lagi untk menjawabnya. Kalimat yang sama dia kirimkan ke kronologi ane lagi.
            Kalau dia tahu, di samping ane bingung untuk menjawab pesannya, koneksi internet di tempat ane juga buruk waktu itu (dan sekalian menjawab soal-soal, maka agak lama juga, tapi ane pintar mencari alasan).
            Hari pertama, ane lalui dengan berhasil mendapatkan sedikit informasi tentang dia.
            Anepun rajin membuka akun ane agar mendapatkan lima poin setiap harinya (sembari inboxan sama dia lagi). Ane juga sempat libur membuka akun ane dan sempat libur inboxan sama dia, karena ane masih banyak tugas sehingga tidak sempat membuka akun ane.
            Di dalam percakapan antara ane dan dia, tentunya ada hal-hal menarik yang tidak terduga oleh ane. Setelah ane hampir setiap hari inboxan sama dia, ada satu hal yang ane bingungkan “Ini kan bukan sosial media, kenapa ane malahan inboxan sama dia di sini?”
            Hal itu akhirnya bisa ane ketahui. Ternyata, di samping dia menjawab soal-soal, dia juga pingin ada teman untuk inboxan. Tapi, hal buruk pernah ane alami.
            Suatu malam ketika ane sedang mencari tugas di “mbah” google, ane membuka tab buka untuk mengecek keadaan akun ane. Akhirnya, tugas ane terlupakan dan ane malahan inboxan sama dia.
            Waktu di kamar ane menunjukkan pukul sepuluh malam. Sebenarnya, ane ingin mengakhiri inboxan kali ini. Ane juga sudah mengucapkan salam perpisahan.
            Namun, ketika ane mengirimnya, dia membalas dia tidak ingin mengakhiri inboxan kali ini. Ane pun terpaksa harus melanjutkan inboxan sama dia, karena jika ane tidak melanjutkan inboxan dengan dia, dia tidak akan inboxan sama ane lagi. OH DAMN.
            Sejuta jurus ane keluarkan untuk menipu dia, ane menjawab pesan dia dengan “Cuma bercanda kok.” Padahal ya ane nipu dia. Berbohong demi kebaikan.
            Karena rasa kantuk tidak bisa ane tolak lagi, ane akhirnya langsung keluar dari akun ane dan langsung mematikan laptop. Ane pun tidak tau apa respon dia nantinya.
            Besoknya ane lihat di kronologi ane, ternyata tadi malam setelah ane keluar dari akun, dia mengirim “Kok gak dibalas sih?” di kronologi ane.
            Ane pun berusaha untuk mengembalikan perkenalan dengan dia yang sudah terjalin cukup baik. Bisa ane sebut dia sebagai “ Sahabat Khayalan ”
            Akhirnya, di suatu sabtu malam, ane berusaha menanyakan sesuatu kepada dia dan dia akhirnya mau menjawabnya. Hubungan ane dan dia kembali seperti yang dulu.
            Untuk kali ini, ane meminta untuk mengakhiri percakapan kali ini dan ternyata boleh. Karena ane bisa nyari alasan yang tepat, dan “mungkin” dia bisa memakluminya.
            Ini adalah postingan “pertama” yang kata-katanya “agak” serius. SEKIAN DAN TERIMA KASIH.

Komentar